Cara Rasulullah SAW Mengendalikan Emosi
A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin
Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.
Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.
CARA RASULULLAH SAW MENGENDALIKAN EMOSI
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
amma ba'du,
Salah
satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah marah. Dengan cara
ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia. Karena
marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat
takdir, ngomong jorok, mencaci habis, bahkan sampai kalimat carai yang
membubarkan rumah tangganya. Karena marah pula, manusia bisa merusak
semua yang ada di sekitarnya. Dia bisa banting piring, lempar gelas,
pukul kanan-pukul kiri, bahkan sampai tindak pembunuhan. Di saat itulah,
misi setan untuk merusak menusia tercapai.
Agar
kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar, ada beberapa cara
mengendalikan emosi yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunah. Semoga
bisa menjadi obat mujarab bagi kita ketika sedang marah.
[1] Membaca Ta’awudz
Dari
sahabat Sulaiman bin Surd, beliau menceritakan, “Suatu hari saya duduk
bersama Rasulullah. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah
satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian
Rasulullah bersabda, ‘Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika
dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz:
A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang’. (HR.
Bukhari dan Muslim).
[2] DIAM dan Jaga Lisan
Bawaan
orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia
bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam
merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih
besar.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
Ucapan
kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat
oleh Allah sebagai tabungan dosa bagi ini. Rasulullah mengingatkan,
“Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak
terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang
dalamnya sejauh timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[3] Mengambil Posisi Lebih Rendah
Kecenderungan
orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi, dan lebih tinggi. Semakin
dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi,
dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya.
Karena
itulah, Rasulullah memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini diredam
dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih rendah. Dari Abu
Dzar, Rasulullah menasehatkan, “Apabila kalian marah, dan dia dalam
posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa
hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR.
Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib
Al-Arnauth).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari Abul Aswad Ad-Duali, beliau menceritakan kejadian yang dialami Abu Dzar,
“Suatu
hari Abu Dzar mengisi ember beliau. Tiba-tiba datang beberapa orang
yang ingin mengerjai Abu Dzar. ‘Siapa diantara kalian yang berani
mendatangi Abu Dzar dan mengambil beberapa helai rambutnya?’ tanya salah
seorang diantara mereka. ‘Saya,’ Jawab kawannya.
Majulah
orang ini, mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di dekat embernya,
dan menjitak kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Ketika itu
Abu Dzar sedang berdiri. Beliaupun langsung duduk kemudian tidur.
Melihat itu, orang banyak keheranan. ‘Wahai Abu Dzar, mengapa kamu duduk, kemudian tidur?’ tanya mereka keheranan.
Abu Dzar kemudian menyampaikan hadist di atas.” Subhanallah…
Mengapa
duduk dan tidur? Al-Khithabi menjelaskan, “Orang yang berdiri, mudah
untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih sulit untuk bergerak
dan memukul, sementara orang yang tidur, tidak mungkin akan memukul.
Seperti ini apa yang disampaikan Rasulullah. Perintah beliau untuk
duduk, agar orang yang sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak
segera melakukan tindakan pelampiasan marahnya, yang bisa jadi
menyebabkan dia menyesali perbuatannya setelah itu. (Ma’alim As-Sunan,
4/108)
[4] Ingatlah Hadis Ini Ketika Marah
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani, Rasulullah bersabda, “Siapa
yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka
dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat,
sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi)
Subhanallah…
Siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil oleh Allah di hadapan
semua makhluk pada hari kiamat, untuk menerima balasan yang besar? Semua
manusia dan jin menyaksikan orang ini, maju di hadapan mereka untuk
menerima pahala yang besar dari Allah. Pahala ini Allah berikan kepada
orang yang hanya sebatas menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya.
Bisa kita bayangkan, betapa besar pahalanya, ketika yang dia lakukan
tidak hanya menahan emosi, tapi juga memaafkan kesalahan orang tersebut
dan bahwa membalasnya dengan kebaikan.
[5] Segera Berwudhu atau Mandi
Marah
dari setan dan setan terbuat dari api. Padamkan dengan air yang dingin.
Terdapat hadis dari Urwah As-Sa’di, yang mengatakan,“Sesungguhnya
marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa
dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784).
Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,
Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh
Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!
0 Response to "Cara Rasulullah SAW Mengendalikan Emosi"
Post a Comment