Faedah Gambar Sandal Nabi Muhammad SAW (MITSAALUNNA’ LISYARIIF)
Alhamdulillahilladzi
kholaqol kaunaini watsaqolaini washalallahu ‘alaihi wasallam ‘ala
shohibinna’laini sayyidina Muhammadibni Abdillahi ibni Abdil mutholibni
Haasyim alladzi turjaa syafaa’atuhu ila yaumiddin wa alaa alihi wa
ashhaabi rasulillahi ajma’iinaa, amma ba’du.
“Sandal
Nabi Muhammad berada di atas dunia ini. Seluruh makhluk berada di bawah
naungannya. Ketika Nabi Musa dipanggil Allah di Gunung Tursina, ia
diperintah untuk melepaskan sandalnya. Sedang Nabi Muhammad meski berada
di sisi Allah, ia tidak pernah diperintah melepaskan sandalnya”.
Begitulah
kira-kira terjemah diantara syair Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani
tetang puji-pujiannya kepada Sandal Rasulullah SAW.
Syaikh
Yusuf An-Nabhani juga melukis Sandal Rasulullah SAW. Lukisan ini adalah
lukisan sandal Rasulullah SAW yang paling benar diantara gambar-gambar
yang pernah ada sebelumnya. Lukisan ini diambil dari kitab “Fathul
Muta’al” Karya Al-‘Allamah As-Syihab Ahmad al-Muqri yang telah diberi
rekomendasi oleh para ulama dan huffadh seperti As-Suyuthi, As-Sakhawi,
dan dan Ad-Daimi.
Lukisan
sandal Rasulullah SAW banyak dijadikan semacam jimat, terutama oleh
kalangan Aswaja. Dan memang, walaupun berupa lukisan, ia mempunyai
banyak faidah diantaranya seperti yang dituturkan oleh Ibnu ‘Asakir
bahwa Syeikh Abu Ja’far Ahmad bin Abdul Majid memberikan lukisan sandal
Rasulullah kepada sebagian muridnya. Setelah beberapa hari menerima,
seorang muridnya datang kepadanya dan berkata: “Tadi malam berkat
lukisan sandal ini istri saya yang sedang sakit parah sembuh seketika.
Aku letakkan lukisan ini di atas badannya yang sakit dan aku berdoa:
“Allahumma arini barakata shahibi hadzan na’li”.
Abu
Bakar Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan dalam salah satu bait
syairnya bahwa lukisan sandal Rasulullah dapat menyembuhkan penyakit,
membahagiakan orang yang susah dan member keamanan dari ketakutan
Al-Qisthillani dan Al-Muqri menukilkan banyak khasiat lukisan sandal dengan menyimpan dan selalu membawanya kemanapun pergi.
An-Nabhani
menukil beberapa faidah lukisan sandal ini, dimana faidah tersebut
telah diuji (mujarrab) oleh para ulama terdahulu, diantaranya adalah:
- Orang yang selalu membawanya akan selamat dari gangguan pengacau, dan orang yang akan berbuat hasud.
- Bila wanita hamil membawanya di tangan kanannya ketika akan melahirkan, maka proses melahirkan akan digampangkan, bi haulillah wa quwwatihi.
- Mendapatkan penjagaan dari sihir.
- Orang yang selalu membawanya akan diterima di masyarakat, dan akan dapat melihat beliau dalam mimpi dan menziarahi Rosululloh
- Bila tentara membawanya, maka pasukannya akan menang.
- Bila dibawa bepergian (baik darat maupun laut), maka akan selamat.
- Jika ditaruh dalam rumah, maka rumah tersebut tidak akan terbakar.
- Jika ditaruh dalam barang dagangan, maka barang tersebut tidak akan dicuri.
- Bila untuk suatu hajat, bertawassul dengan pemilik sandal ini (Rosululloh) maka hajat kita akan dikabulkan. Atau untuk suatu kesempitan (masalah), maka akan diberi jalan keluar. Atau pada orang yang sakit, maka ia akan sembuh.
- Dan orang yang menaruh gambar tersebut di atas kepalanya, maka Alloh akan memenuhi apa yang dicita-citakannya.
Syeikh
Yusuf An-Nabhani adalah satu diantara ulama-ulama yang telah berusaha
menggambarkan sifat sandal Rasulullah SAW yang tersebut dalam
kitab-kitab sirah nabawiyah yang mereka tulis. Ulama-ulama tersebut
merupakan para imam, pembesar dari kalangan huffadz dan para
muhadditsin. Pembahasan dan perhatian mengenai sifat sandal Rasulullah
berusaha di perdalam dilakukan secara mendalam, disertai puji-pujian
terhadap sandal tersebut dalam bentuk syair maupun natsar. Para ulama
itu diantaranya adalah Ibnul ‘Arabi, Ibnu ‘Asakir, Ibnu Marzuq,
Al-Fariqi, As-Suyuthi, As-Sakhawi, At-Tata’i dan Al-‘Iraqi.
Pelukisan
sandal Rasulullah tentunya muncul dari kecintaan kepada Rasulullah SAW,
yang diberi keistemawaan berupa derajat dan kedudukan yang tinggi.
Ibarat sesorang mencintai orang lain, maka segala apa yang berhubungan
dengan yang dicintai, juga akan disukainya.
Lukisan
sandal hanya sebagai wasilah kepada Rasulullah SAW yang telah diberikan
Allah badan dan kaki yang bagus dan tidak ada orang lain yang
menyamainya. Sebenarnya bukan mencintai sandal, tetapi mencintai orang
yang memiliki sandal itu. Shallallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam.
Terjemahan
ini diambil dari Mitsaalunna’li assyariifi (Gambar sandal Rasulullah
SAW) yang telah disusun oleh Syekh Yusuf Ismail Annabhani.
Berikut isinya secara singkat,
“Sungguh
benar bahwa sandal Rasulullah SAW itu dari kulit yang di rangkap
menggunakan 2 “tancapan” seperti batang dari kulit yang dinamakan Qibal.
Yang satu dimasukkan kira – kira antara ibu jari dan jari yang
didekatnya, dan yang satunya lagi dimasukkan kira – kira antara jari
tengah dan jari yang ada didekatnya, 2 tancapan tadi dihubungkan dengan
wadah (sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki)
yang ada di atas telapak kaki. Tungkainya juga memakai wadah (sebuah
bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki) yang mencakup
hingga seluruh telapak kaki.
Adapun warna sandal Rasulullah SAW adalah berwarna kuning. Filosofi warna kuning
Warna kuning itu mengandung makna sebagai berikut:
1. Simbol pencerahan (التنوير)
2. Simbol kebijaksanaan (الحكمة)
3. Simbol antusiasme (الحماسة)
4. Simbol optimisme (التفاؤل)
5. Simbol harapan (الآمل)
6. Simbol kesenangan (المرح)
7. Simbol kejelasan (الوضوح)
8. Simbol keyakinan (الثقة)
9. Simbol matahari dan emas (الشمس والذهب)
Keterangan para sahabat tentang warna kuning
(1)
أَنَّ اِبْنَ عَبَّاسٍ كَانَ يَحُضُّ عَلىَ لِباَسِ النِّعَالِ الصُّفْرِ، وَكَانَ يَقُوْلُ:
الصُّفْرَةُ تَسُرُّ النَّفْسَ
Artinya :
Sesungguhnya
Ibnu Abbas menganjurkan untuk memakai sandal-sandal yang berwarna
kuning, sehingga ia berkata: "warna kuning itu dapat menyenangkan jiwa".
( Lihat kitab "Al-Jāmi’ li Ahkāmil Qur'an"
karangan Imam Al-Qurthubi Juz I hlm. 451 )
(2)
عَنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ، أَنَّهُ كَانَ يَرْغَبُ فِي النِّعَالِ الصُّفْرِ وَيَقُوْلُ:
مَنْ لَبِسَ نَعْلاً أَصْفَرَ قَلَّ هَمُّهُ
Artinya :
Dari
sahabat Ali karromallahu wajhah, sesungguhnya ia senang memakai
sandal-sandal berwarna kuning, sehingga berkata, "Barangsiapa yang
memakai sandal berwarna kuning maka menunjukkan sedikit kesusahannya".
( Lihat kitab "Majma’ul Bayan"
karangan Ath-Thabrasi Juz I hlm. 302;
dan lihat pula kitab "Al-Kasysyāf"
karangan Az-Zamakhsyari Juz I hlm. 178 )
Tafsir para Ulama tentang warna kuning
قَالُواادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَّنَا ماَ لَوْنُهَا, قَالَ إِنَّه ُيَقُوْلُ
إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَآءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِيْنَ
Artinya :
Mereka
berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan
kepada Kami apa warnanya". Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua
warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
Ayat di atas ditafsirkan oleh Imam Ibnu 'Āsyūr dalam kitab "At-Tahrir wa At-Tanwir" Juz I hlm. 535 :
وَلَيْسَ لَوْنُ اْلبَقَرَةِ اْلأَصْفَرِ ِلإِدْخَالِ اْلبَهْجَةِ وَالسُّرُوْرِعَلىَ النَّاظِرِ فَحَسْبُ،
بَلْ
هُوَدَلِيْلٌ عَلىَ صِحَّةِ اْلبَقَرَةِ وَسَلاَمَتِهِ مِنَ اْلعُيُوْبِ،
فَقَدْ قَرَّرَتْ أُصُوْلُ عِلْمِ الطِّبِّ اْلبَيْطَرِيِّ أَنَّ خَيْرَ
اْلأَبْقَارِ وَأَفْضَلَهَا هُوَمَاكَانَ لَوْنُهَا شَدِيْدَ الصُّفْرَةِ
فِي صَفَاءٍ (فَاقِعٍ) وَأَنَّهُ عَلىَ قَدْرِ صَفَاءِ اللَّوْنِ،
وَسَلاَمَةُ اْلأَسْنَانِ تَكُوْنُ صِحَّةَ اْلبَقَرَةِ.
Artinya :
Sapi
betina yang berwarna kuning itu bukan saja menunjukkan kebagusan,
kesenangan bagi orang yang memandangnya, tetapi juga sebagai indikasi
sapi yang sehat, dan selamat dari cacat. Hal ini telah ditetapkan dalam
pedoman-pedoman ilmu kedokteran hewan, bahwa sapi-sapi yang baik dan
unggul itu warnanya kuning tua, dan itu didasarkan ketuaan warnanya;
begitu pula apabila sehat giginya menunjukkan sapi betina itu sehat.
Gambar
tersebut sudah diuji kebenarannya oleh Ibnu ‘Araby , Ibnu ‘Asaakir,
Ibnu Marzuqi alfaaruqi, Assyuyuuthi, Assakhoowi, Attata’I, dan beberapa
Syekh yang semuanya telah menerangkan pengambilannya. Adapun sandal
tersebut berasal dari Sayyidatina ‘Aisyah lalu berpindah – pindah hingga
kemudian diambil gambarnya persis dan sama seperti ukuran aslinya.
Al ‘Alamah Syekh Al muqorri di kitab Fathul Muta’aal “fi mat hinni’al” memberikan keterangan:
“waqod
sallama lima dzakarohu rohimahullohu ta’aala Assyekhul imam Al hafidz
al ’alqomiyyi fi hasiyaatihi ‘alaa jamii’I shoghir fi ahaaditsil basyiir
annadzir idz qoola waroda annathuula na’lihi SAW syibrun wa usbu’aanii
wa ardluhaa mimma yalil ka’baini sab’uu asshhoobi’ wa bathnal qodami
khomsun wa fauqohaa sittun waro’suha muhaddadun wa ardloma bainal
qibalaini, ushbu’aani wa naqoltuhu ana ma’a jamii’il fawaaidi allati
haulahu min fathil muta’aali, qola al manawi wal qooriiy fi syarhil
syamaawiili. qolal Ibnu Arobi wanna’lu libaasul anbiyaai wa innama
ittakhodannasu ghoiroha lima fi ardlihim min atthiini wa khotamtuhu bi
qoulihi innii khodamtu mitsaala na’lil mushthofa li a ‘iisya fiddaaroin
tahta dhilaaliha sa’iidabnu Mas’uudin bi khidmati na’lihaa wa ana
assa’iidu bikhidmati limitsaalihaa
Faedah:
Adapun faidah Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) ini sudah diterangkan oleh Imam Qistholani dan Imam Muqorri. Menurut keterangan para ulama yang artinya seperti ini:
Adapun faidah Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) ini sudah diterangkan oleh Imam Qistholani dan Imam Muqorri. Menurut keterangan para ulama yang artinya seperti ini:
“Barang siapa yang menyimpan Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) di dalam rumahnya atau tempatnya dengan niat supaya mendapatkan berkah, maka tempat orang tersebut diliputi keselamatan dari orang yang bermaksud buruk (jahat), pencuri, perampok, orang yang hasud, syetan yang menyesatkan, selamat dari penyakit ‘ain dan sihir artinya santet dan tenung,Disamping itu juga ketika ada perempuan yang kesulitan dalam melahirkan bayi / proses persalinannya apabila si perempuan tersebut menggenggam gambar ini di tangan kanannya maka akan diberi kemudahan dalam proses persalinannya Dengan daya Allah dan Kekuatan Allah SWT.Juga barang siapa yang mengistiqomahkan membawa Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) yang dilipat dan digunakan azimat atau diletakkan di kopyah / songkok atau sabuk maka orang tersebut terkabul maksudnya atas makhluq(apa yang menjadi tujuannya akan tercapai).
- Bisa ziarah ke makam Rasulullah SAW, dan bisa mimpi bertemu Rasulullah SAW.
- Jika digunakan untuk perang dalam membela agama Allah maka, akan diberikan kemenangan dan juga tidak sampai melarikan diri (dari peperangan).
- Jika digunakan untuk berdagang maka akan selamat dari perampok.
- Jika di letakkan pada barang dagangan maka akan aman dari pencurian dan perampokan.
- Apabila di letakkan di dalam rumah maka akan selamat dari kebakaran.
- Apabila dibawa di dalam kapal / perahu maka akan diberikan keselamatan dari karam/ tenggelam.
- Apabila dibawa orang yang sedang sakit maka akan diberikan cepat sembuh.
- Apabila orang yang hatinya kalut maka akan segera bahagia.
- Apabila mempunyai hajat dan mau bertawasul kepada Rasulullah SAW maka orang tersebut akan segera tercapai hajatnya.
Semua ini didasari dengan keyakinan yang teguh/kuat dan cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW .seperti yang disabdakan Rasulullah SAW:“wamaa hutu anni’aalisyaghofna qolbi wa lakin hubbu man labisa anni’aala”yang artinya:”tidak cinta terhadap sandal ini, juga cinta terhadap yang punya sandal yaitu Rasulullah Muhammad SAW”.
Allohumma arinaa barokata hadzihi anna’li bihaqqi man danaa fatadallaa fakaana qooba qousaini au ‘adnaa.
ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﻧﻌﻞ ﻣﺤﻤﺪ *** ﻋﻠﺖ ﻓﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺨﻠﻖ
ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻪAlas kaki Nabi Muhammad berada di atas kepala alam semesta*dan seluruh makhluq berada di bawah bayang-bayangnya.ﻟﺪﻯ ﺍﻟﻄﻮﺭ ﻣﻮﺳﻰ ﻧﻮﺩﻱ ﺍﺧﻠﻊ ﻭﺃﺣﻤﺪ *** ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﻟﻢ
ﻳﺆﻣﺮ ﺑﺨﻠﻊ ﻧﻌﺎﻟﻪ
ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻪAlas kaki Nabi Muhammad berada di atas kepala alam semesta*dan seluruh makhluq berada di bawah bayang-bayangnya.ﻟﺪﻯ ﺍﻟﻄﻮﺭ ﻣﻮﺳﻰ ﻧﻮﺩﻱ ﺍﺧﻠﻊ ﻭﺃﺣﻤﺪ *** ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﻟﻢ
ﻳﺆﻣﺮ ﺑﺨﻠﻊ ﻧﻌﺎﻟﻪ
Ketika
di bukit Tursina, Musa as. Diperintah supaya menanggalkan (alas
kakinya), tetapi Muhammad saw. biarpun berada pada jarak yang lebih
dekat , tidak Diminta supaya ditanggalkan Sandalnya
ﻣﺜﺎﻝ ﺣﻜﻰ ﻧﻌﻼً ﻷﺷﺮﻑ ﻣﺮﺳﻞ *** ﺗﻤﻨﺖ ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﺘﺮﺏ ﻣﻨﻪ
ﺍﻟﻔﺮﺍﻗﺪ
ﺍﻟﻔﺮﺍﻗﺪ
Lambang yang meniru Sandal asli Sang Rasul saw. yang paling Mulia itu membuatkan bintang-bintang berangan-angan
menjadi tanah untuk dipijak olehnya.
menjadi tanah untuk dipijak olehnya.
ﺿﺮﺍﺋﺮﻫﺎ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻛﻠﻬﺎ *** ﻏﻴﺎﺭﻯ ﻭﺗﻴﺠﺎﻥ ﺍﻟﻤﻠﻮﻙ
ﺣﻮﺍﺳﺪ
ﺣﻮﺍﺳﺪ
Madu-madunya, tujuh petala langit semuanya cemburu, dan mahkota-mahkota raja semuanya merasa hasad padanya
ﻣﺜﺎﻝ ﻟﻨﻌﻞ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﻣﺎ ﻟﻪ ﻣﺜﻞ *** ﻟﺮﻭﺣﻲ ﺑﻪ ﺭﺍﺡ ﻟﻌﻴﻨﻲ
ﺑﻪ ﻛﺤﻞ
ﺑﻪ ﻛﺤﻞ
Lambang Sandal al-Musthafa saw. itu tiada bandingannya, ia adalah kerehatan bagi ruhku dan celak (ubat) bagi mataku
ﻓﺄﻛﺮﻡ ﺑﻪ ﺗﻤﺜﺎﻝ ﻧﻌﻞ ﻛﺮﻳﻤﺔ *** ﻟﻬﺎ ﻛﻞ ﺭﺃﺱ ﻭﺩ ﻟﻮ ﺃﻧﻪ
ﺭﺟﻞ
ﺭﺟﻞ
Sangatlah
Mulia lambang Sandal yang Agung ini! Kerananya, semua kepala berharap,
alangkah baiknya jikalau dapat menjadi kaki (Baginda saw.)
ﻭﻟﻤﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﺪﻫﺮ ﻗﺪ ﺣﺎﺭﺏ ﺍﻟﻮﺭﻯ *** ﺟﻌﻠﺖ ﻟﻨﻔﺴﻲ ﻧﻌﻞ
ﺳﻴﺪﻩ ﺣﺼﻨﺎً
ﺳﻴﺪﻩ ﺣﺼﻨﺎً
Apabila
aku melihat ALLAH (ad-Dahr) mula Memerangi manusia (kerana maksiat
mereka), aku menjadikan alas kaki tuannya sebagai perisai
ﺗﺤﺼﻨﺖ ﻣﻨﻪ ﻓﻲ ﺑﺪﻳﻊ ﻣﺜﺎﻟﻬﺎ *** ﺑﺴﻮﺭ ﻣﻨﻴﻊ ﻧﻠﺖ ﻓﻲ
ﻇﻠﻪ ﺍﻷﻣﻨﺎ
ﻇﻠﻪ ﺍﻷﻣﻨﺎ
Aku berlindung daripadaNYA (Kemarahan ALLAH) dengan keagungan lambang alas kaki Baginda , sebagai tembok yang kukuh
dimana aku berasa aman dibawah perlindungannya
dimana aku berasa aman dibawah perlindungannya
ﺇﻧﻲ ﺧﺪﻣﺖ ﻣﺜﺎﻝ ﻧﻌﻞ ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ *** ﻷﻋﻴﺶ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﺍﺭﻳﻦ
ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻬﺎ
ﺗﺤﺖ ﻇﻼﻟﻬﺎ
Aku berkhidmat pada lambang Sandal al-Mustafa saw. , supaya dapat aku hidup di
dunia dan akhirat dibawah bayang-bayangnya
dunia dan akhirat dibawah bayang-bayangnya
ﺳﻌﺪ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺑﺨﺪﻣﺔ ﻧﻌﻠﻪ *** ﻭﺃﻧﺎ ﺍﻟﺴﻌﻴﺪ ﺑﺨﺪﻣﺘﻲ
ﻟﻤﺜﺎﻟﻬﺎ
ﻟﻤﺜﺎﻟﻬﺎ
Berbahagianya Ibn mas`ud ra. kerana khidmatnya pada sandal Baginda (yang sebenarnya), dan aku, adalah si dia yang berbahagia
kerana khidmatku pada lambangnya
kerana khidmatku pada lambangnya
ﻭﻣﺎ ﺣﺐ ﺍﻟﻨﻌﺎﻝ ﺷﻐﻒ ﻗﻠﺒﻲ *** ﻭﻟﻜﻦ ﺣﺐ ﻣﻦ ﻟﺒﺲ
ﺍﻟﻨﻌﺎﻻ
ﺍﻟﻨﻌﺎﻻ
Sesungguhnya, bukanlah pada lambang itu hatiku merindu, tetapi pada si Dia saw. yang memakai Sandal itu…
ﻭﻧﻌـﻞ ﺧﻀﻌﻨﺎ ﻫﻴﺒـﺔ ﻟﻮﻗﺎﺭﻫـﺎ *** ﻓﺈﻧﺎ ﻣﺘﻰ ﻧﺨﻀﻊ ﻟﻬﻴﺒﺘﻬﺎ
ﻧﻌﻠـﻮ
ﻧﻌﻠـﻮ
Kita
direndahkan oleh cinta kerana memuliakan Sandal ini, dan bilamana kita
merendahkan diri dihadapanya, kita akan diangkat dan dimuliakan
ﻓﻀﻌﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻔﺎﺭﻕ ﺇﻧﻬـﺎ *** ﺣﻘﻴﻘﺘﻬـﺎ ﺗﺎﺝ
ﻭﺻﻮﺭﺗﻬﺎ ﻧﻌـﻞ
ﻭﺻﻮﺭﺗﻬﺎ ﻧﻌـﻞ
Maka letakkanlah ia di rak-rak teratas, kerana secara zahir ia adalah Sandal, namun pada hakikatnya ia adalah Mahkota
ikatnya ia adalah Mahkota
======
Rupa bentuk lakaran ni`al yang tercatat dalam kitab “Jawahirul Bihar” karangan Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani.
- Menurut Kiyai Haji Abdul Jalil Bakri, Mudir Pesantren Darut Tauhid, Brongkal, Pagelaran, Malang, Jawa Timur, sebahagian ulama menyatakan bahawa antara kelebihan timtsal / lakaran / gambaran / mitsal ni`al Junjungan s.a.w. adalah:-
- Apabila timtsal ni`al ini disimpan dalam rumah, maka rumah tersebut selalu mendapat perlindungan Allah dari berbagai marabahaya seperti kebakaran, kecurian dan sebagainya, serta penghuni-penghuni rumah tersebut akan memperolehi rahmat, barakah, keamanan, selama di rumah tersebut tiada suatu apapun yang menjadi pantangan masuk malaikat rahmat ke dalamnya.
- Apabila timtsal ini dibawa berpergian, maka perjalanannya diberkati dengan keamanan dan selamat serta berhasil.
- Apabila timtsal ini ditaruh di badan orang sakit, maka insya-Allah cepat disembuhkan Allah dengan keberkatan Sayyidina Empunya Ni`al.
Kemuliaan
Junjungan tertumpah sehingga ke ni`alnya yang dibawa bersama menghadap
Rabbul Jalil sehingga lakaran ni`al tersebut yang dilakar demi kecintaan
kepada tuan empunyanya mengandungi keberkatan dan rahsia yang sukar
diungkapkan.
Lakaran
ni`al Junjungan Nabi s.a.w. mempunyai rahsia dan keistimewaan di
kalangan sebahagian ulama sehingga ianya dijadikan simbol bagi Usrah
Dandarawi (iaitu pengamal Thoriqat Ahmadiyyah Rasyidiyyah Dandarawiyyah)
di Mesir. Antara kelebihannya ialah seperti diceritakan oleh Imam al-Qasthaalanidalam kitabnya “al-Mawaahibul Laduniyyah” juz ke-2 mukasurat 174
Dan
di antara kelebihannya yang telah dicuba manfaat dan keberkatannya
ialah apa yang dikisahkan oleh seorang syaikh yang sholeh, Abu Ja’far
Ahmad bin Abdul Majid:- “Aku telah membuat mitsal ni`al ini untuk
seorang muridku, maka dia telah berjumpa denganku pada suatu hari dan
berkata:- “Kelmarin aku telah melihat keberkatan ni`al ini yang ajaib.
Isteriku telah ditimpa sakit yang berat sehingga hampir-hampir binasa,
maka aku letakkan mitsal ni`al tersebut pada tempat sakitnya dan berdoa “ALLAHUMMA ARINIY BARAKATA SHOHIBI HADZAN-NA’LI” (
Ya Allah, tunjukkanlah aku keberkatan tuan empunya ni`al ini, yakni
Junjungan Nabi s.a.w.), lalu dia disembuhkan Allah pada waktu itu juga.
Telah
berkata Abu Ishaq:-”Telah berkata Abul Qaasim bin Muhammad:-”Di antara
yang telah mujarrab keberkatannya ialah sesiapa yang membawanya bersama
dengan niat untuk mengambil berkat, jadilah dia selamat daripada
kejahatan penjahat, memperolehi kemenangan ke atas musuh dan mendapat
penjagaan daripada syaitan yang jahat serta dipelihara daripada
kedengkian orang-orang yang hasad. Dan jika dibawa oleh orang perempuan
hamil yang sedang sakit hendak bersalin pada sebelah kanannya, nescaya
dipermudahkan urusannya tersebut dengan pertolongan dan kekuatan Allah.”
Saudara, inilah antara penyaksian ulama kita berhubung lakaran ni`al al-Musthofa s.a.w. Percaya atau tidak terpulanglah, “al-madad fil masyhad fil I’tiqaad nailul murad” (“Bantuan/
Sokongan sekadar penyaksian dan dalam pegangan teguh tercapainya
tujuan”). Untuk pengetahuan, Imam al-Qasthaalani adalah seorang ulama
terbilang, pemuka ilmu hadits dan fiqh mazhab Syafi`i. Antara gurunya
ialah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari dan
as-Sakhawi. Banyak mengarang kitab antara yang masyhur ialah “Irsyadus Sari fi syarhi Shohihil Bukhari” merupakan syarah Shohih Bukhari dalam 10 jilid besar dan “al-Is`aad fi talkhis al-Irsyad” merupakan
furu’ feqah Syafi`i. Maka terpulanglah. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu
Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohibal-Mi’raaj. Alfu Alfi Sholaatin Wa Alfu
Alfi Salaamin ‘Alaika, Ya Shohiban-Na’lain. (Jutaan sholawat dan salam
untukmu Wahai Tuan Empunya Mi’raaj; Jutaan sholawat dan salam untukmu
Wahai Tuan Empunya Dua Ni`al).
===
Lakaran
Ni`al al-Mustafa s.a.w. yang dinisbahkan kepada Imam Ahmad Redha Khan
Barelwi dan ditulis padanya bait-bait syair dalam bahasa Urdu yang
menyanjung Junjungan al-Mustafa s.a.w. Syaikhul Hadits Maulana Zakaria
al-Kandahlawi dalam catatannya untuk kitab “Syamail at-Tirmidzi” menyatakan:-“Gambar lakaran capal dan kelebihan serta keberkatannya telah diberikan dengan begitu terperinci di dalam kitab “Zadus Sa`id” karangan Maulana Asyraf ‘Ali Thanwi (rahmatullah ‘alaihi).
Khasiatnya
tidak putus-putus. Alim tersebut telah mengalaminya beberapa kali.
Beliau berkata dengan menyimpan sebuah gambar lakaran capal ini
seseorang itu akan diberkati dengan ziarah bertemu Rasulullah, akan
dilepasi daripada ancaman kuku besi penzalim, mencapai kemasyhuran dan
berjaya di dalam segala cita-cita melalui tawassul capal ini. ” Moga
kita juga dapat memperolehi keberkatan ini, jika belum, bersabarlah
mungkin belum ada rezeki, mungkin kecintaan belum benar-benar tulus,
mungkin kekotoran jiwa belum memungkinkan pertemuan dengan
sebersih-bersih dan sebaik-baik makhluk. Nartaji minkas syafa`ah, Ya
RasulAllah.
===
Ulama
membuat lakaran atau imej sandal Junjungan s.a.w. demi kecintaan kepada
Junjungan s.a.w. sehingga merasakan sandal di telapak kaki Junjungan
s.a.w. lebih mulia dan lebih bertuah daripada diri mereka. Hal ini amat
payah untuk difahami oleh orang – orang yang tidak mengenal cinta dan
orang yang tidak pernah mengecapfana-ur-rasul.
Perhatian diberikan hatta ke sandal Kekasih s.a.w. bukan kerana sandal
tetapi kerana yang empunyanya. Tulusnya cinta pada Sang Kekasih telah
menyebabkan keberkatan.
Berbagai
ulama telah mengarang berbagai kitab mengenai lakaran sandal atau ni`al
al-Mustafa s.a.w. ini. Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani
memperkatakannya serta membawa nukilan berbagai ulama dalam kitabnya “Jawahirul Bihar” jilid ke-3, Maulana Asyraf Ali Thanwi dalam “Zadus Sa`id”, Imam Ibnu ‘Asakir dalam kitabnya“Timtsalu Na’l an-Nabiy“, Imam Ibnu Muqri dalam kitabnya “Qurratul Aynayn fi Tahqiq Amr an-Na’layn“, Imam Abul Abbas al-Maqqari dalam kitabnya “Fathul Muta`al fi Madhin-Ni`al”, Imam al-Qashthalani dalam kitabnya “Mawahibul Laduniyyah” dan
ramai lagi. Insya-Allah, jika diizinkan Rabbul Jalil kan kucuba
mengutarakan serba sedikit mengenai keberkatannya buat renung sahabat
yang berhajat. (Gambar sekadar hiasan).
0 Response to " Faedah Gambar Sandal Nabi Muhammad SAW (MITSAALUNNA’ LISYARIIF)"
Post a Comment